Soppeng, Rajapena.com, Dalam Balutan Cahaya 26 Juni 2025 dan
dibawah langit yang bening, tatkala embun rahmat Allah SWT masih menetes lembut di hati para pencari ilmu, SD Negeri 7 Salotungo hari itu tidak hanya menjadi ruang pendidikan, tetapi telah menjelma taman cahaya, di mana dzikir diam-diam terukir di gerak langkah siswa, dan ilmu menjadi lentera yang bersumber dari samudra keikhlasan.
Hari itu, kunjungan H. Faturrahman, SE., M.Pd., Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kementerian Agama Sulawesi Selatan bersama para Kasi PAIS dan Pokjawas PAI se-Sulawesi Selatan, membuka tabir spiritualitas pendidikan dalam bentuk nyata.
Mereka disambut bukan hanya oleh senyum, tetapi oleh gema cinta dari anak-anak bangsa: Polisi Cilik, Tari Padduppa, Drumband, Lagu/Tepuk Anti Bullying, Shalawat Busyro, Senandung Hijaiyah, dan penampilan kolaborasi santri TPA dengan para guru SDN 7 Salotungo—segala gerak dan suara terasa bagai dzikir yang hidup.
Dalam keheningan yang menyimpan makna, Abdul Asis, S. Pd I, Kepala SDN 7 Salotungo, berdiri dengan rendah hati, menyampaikan sambutan yang menggugah hati, dalam bahasa yang bukan sekadar kata, tetapi doa.
“Apa yang kita saksikan hari ini, tidak lain hanyalah bagian kecil dari Rahmat-Nya yang Mahaluas. Kami di SD Negeri 7 Salotungo hanyalah perahu kecil yang berlayar di samudra kasih sayang Allah.
"Semua ini tercipta karena adab dan kerendahan hati seluruh warga sekolah, yang bekerja dalam diam, berbuat dalam niat, dan melayani dalam ikhlas,” tutur beliau, dengan suara yang syahdu seperti muazin menjelang fajar.
Abdul Asis mengibaratkan sekolahnya bukan sebagai bangunan, tetapi sebagai jiwa yang beramal. Ia menyadari betul, bahwa apa yang terwujud di hadapan para tamu agung itu, lahir bukan dari kekuatan diri, melainkan dari rangkaian doa dan kerja sama yang mengakar dari atas ke bawah.
“Kami hanyalah aliran kecil dari sungai besar. Di hulunya ada kasih dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng yang terus memberi semangat. Di sisinya, ada Pengawas PAI, Korwil, Pengawas Pendamping Satuan Pendidikan, dan Kasi PAI yang menjadi lentera langkah kami. Tanpa mereka, cahaya ini takkan menyala,” ungkapnya dengan lirih, penuh rasa syukur.
Ia pun mengingatkan seluruh yang hadir, bahwa di SDN 7 Salotungo, ada satu motto yang hidup dalam tiap detak nadi warganya: “Ikhlas Beramal.” Bukan sekadar semboyan, melainkan jalan spiritual dalam mendidik dan membina.
“Kami tidak berlomba untuk pujian, kami tidak berjalan untuk sanjungan. Kami mendidik karena Allah, kami bergerak karena cinta. Sebab pendidikan sejati bukan hanya mengisi akal, tapi menyentuh ruh,” katanya, menutup sambutan dengan mata yang basah oleh rasa haru.
Dan hari itu, SD Negeri 7 Salotungo tidak sekadar menerima tamu. Mereka menyambut para utusan Allah yang dihadirkan untuk menyaksikan bahwa ilmu dan akhlak dapat bersatu dalam lembutnya pendidikan. Dan dari tanah kecil di Salotungo, mengalir sungai keikhlasan yang insyaAllah akan menyuburkan ladang pendidikan seluruh Sulawesi Selatan.
Salotungo mengajarkan kita, bahwa dalam diam seorang guru yang ikhlas, langit bisa turun menyapa bumi.