Pelihara Nilai Budaya, Dr. Karim : Pesta Panen Mappadendang Jadi Program Budaya Tahunan Pemkab Soppeng

Pelihara Nilai Budaya, Dr. Karim : Pesta Panen Mappadendang Jadi Program Budaya Tahunan Pemkab Soppeng

Minggu, 24 Oktober 2021

Andi Rahman Sulo saat ikut ritual Mappadendang (Ist).

Soppeng, Rajapena.com,- Ritual adat Mappadendang dilangsungkan di Dusun Sare Coppeng, Desa Masing Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng, Sabtu (23/10/2021).


Ritual mappadendang ini dilakukan oleh petani usai panen sebagai bentuk kesyukuran dengan hasil yang melimpah kepada sang pencipta Allah SWT.


Mappadendang juga sebagai penghormatan kepada sangyang sari yang dikombinasikan dengan baca Sure (baca surat lontara sebagai doa dan kisah leluhur) dan termasuk adat Bugis yang sering dilakukan usai panen padi.



Dalam ritual tersebut nampak sejumlah warga menumbuk padi dalam lesung panjang menggunakan alat tumbuk yang oleh suku Bugis disebut alu.


Saat ritual, para pemukul padi menggunakan pakaian khas tradisional bernama baju bodo.


"Dulu, ritual ini dilakukan hampir di seluruh wilayah di Sulawesi Selatan setiap musim panen raya, namun sekarang, tradisi ini seakan ditinggalkan dan hanya beberapa daerah saja yang masih melakukannya, itupun hanya segelintir," kata H. Muhammad Tang, Kepala Desa Masing, Sabtu (23/10/2021).


Andi Rahman Sulo, Dr. Karim, Kades Masing H. Muhammad Tang dan tokoh adat desa Masing (Ist).

Selain bentuk suka cita, ritual Mappadendang juga dimaksudkan untuk mempertahankan warisan budaya leluhur yang dikhawatirkan makin ditinggalkan generasi muda.


Kepekaan warga Dusun Sare Coppeng dalam menjaga budaya para leluhurnya, memang masih sangat kental, dan ritual mappadendang ini biasanya dilakukan selama beberapa hari.


Komponen utama dalam ritual tersebut mappadendang dimainkan enam perempuan, dan tiga pria, atau secara berpasang-pasangan petani saling berhadapan dengan masing-masing alu di tangan.


Diiringi tabuhan rebana, petikan kacapi dan suling bambu khas suku Bugis, petani mulai memecah biji padi yang telah ditelakkan ke dalam palungeng, sambil sesekali memukul badan lesung mengikuti irama rebana.


Oleh masyarakat Sare Coppeng Desa Masing, mapadendang juga diartikan sebagai mappaccappu pammali, atau tolak bala agar pada saat memasuki musim tanam hingga musim panen berikutnya, petani tetap mendapatkan kemakmuran dan hasil panen yang melimpah.


Dr. Karim saat memberikan sambutan (Ist).

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng Dr. Karim, S.Pd.,M.Pd yang ikut dalam ritual tersebut mengatakan, peran serta seluruh masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan budaya leluhur harus lebih digalakkan, untuk mengantisipasi pupusnya nilai punahnya budaya oleh budaya barat yang datang mengepung dari luar, ujarnya.


Kata Dia"Sangat penting untuk menjaga dan melestarikan seni serta budaya daerah, terangnya.


Pemerintah Kabupaten Soppeng akan konsisten menjadikan ritual pesta panen Mappadendang menjadi program budaya tahunan dalam rangka memelihara nilai-nilai seni budaya, tegas Dr. Karim, S.Pd, M.Pd.


Bahkan Kata Dia, "Mappadendang akan kami jadikan kalender even pariwisata Kabupaten Soppeng dalam rangka melestarikan nilai-nilai kearifan lokal," pungkasnya. (Red/ARS).